Jumaat, November 20, 2009

PERTUMBUHAN MASYARAKAT JAKARTA

Perkembangan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2007-2009

Kinerja perekonomian DKI Jakarta dalam kurun dua tahun terakhir (2007-2009) menunjukkan prestasi yang cukup menggembirakan. Kondisi ini tergambar dari pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang mampu tumbuh diatas 5 persen dan diatas pertumbuhan Nasional.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2007 sebesar 6,44 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 5,95 persen. Hal ini disebabkan perekonomian pada tahun 2007 sudah dalam kondisi normal setelah perekonomian tahun 2006 sedikit melambat sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2007 sebesar 6,44 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 5,95 persen. Hal ini disebabkan perekonomian pada tahun 2007 sudah dalam kondisi normal setelah perekonomian tahun 2006 sedikit melambat sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005.
Kondisi yang sudah membaik di tahun 2007 relatif terjaga dan stabil sampai dengan tahun 2008. Meskipun sedikit melambat bila dibandingkan tahun 2007, pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang sebesar 6,18 merupakan prestasi yang menggembirakan karena di tahun 2008 (bulan Mei) Pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Selain itu krisis keuangan global yang berawal dari krisis keuangan sub-prime mortgage di Amerika Serikat mulai dirasakan dampaknya secara global pada akhir tahun 2008, sehingga Indonesia khususnya Jakarta juga tidak dapat terlepas dari dampaknya.
Krisis keuangan global makin dirasakan dampaknya pada semester I/2009, perekonomian Jakarta hanya tumbuh sebesar 5,12 persen. Pertumbuhan ini merupakan terendah selama lima tahun terakhir, namun demikian bila dibandingkan perekonomian dunia yang tumbuh negatif, pertumbuhan ekonomi Jakarta masih terjaga.

Faktor utama melambatnya perekonomian Jakarta dalam satu tahun terakhir adalah kinerja ekspor yang menurun. Negara-negara yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor barang Jakarta mengalami krisis keuangan, sehingga permintaan barang Jakarta mengalami penurunan. Akibatnya sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan produksi, yang selanjutnya mempengaruhi sektor perdagangan dan sektor pengangkutan sebagai muara semua hasil produksi.
Perekonomian yang melambat akibat krisis global ini diharapkan akan kembali bangkit pada tahun 2010. Dengan membaiknya perekonomian dunia diharapkan akan kembali menaikkan permintaan barang dan jasa di Jakarta, yang selanjutnya juga akan menggerakkan sektor industri pengolahan dan perdagangan di Jakarta sehingga pertumbuhan juga akan kembali meningkat.
Tabel 1
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2006-2009
(Persen)












No.
PENGELUARAN
2006
2007
2008
2009 *)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
8,2
9,1
6,7
6,2
2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
7,7
8,2
6,8
7,7
3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
4,3
6,7
8,5
4,1
4
Ekspor Barang dan Jasa
4,2
5,1
2,0
-0,5
5
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
5,4
12,3
12,6
4,2


PDRB
5,9
6,4
6,2
5,1
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta








Keterangan: *) semester I








Struktur perekonomian Jakarta yang didukung oleh komponen ekspor dan impor relatif tinggi mengalami dampak yang cukup signifikan dari krisis keuangan global, namun dengan kemampuan pasar domestik yang tinggi, perekonomian Jakarta tetap mampu tumbuh positif pada tahun 2009.
Sementara dari sisi lapangan usaha seluruh sektor masih tumbuh positif meskipun mengalami perlambatan. Dan yang mengalami penurunan kinerja paling parah adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, restoran.


Tabel 2.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009
(Persen)












No.
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009 *)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Pertanian
1,1
1,6
0,8
0,5
2
Pertambangan dan Penggalian
1,9
0,5
0,3
2,2
3
Industri Pengolahan
5,0
4,6
3,9
0,9
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5,0
5,2
6,3
5,5
5
Konstruksi
7,1
7,8
7,7
6,4
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
6,5
6,9
6,3
4,1
7
Pengangkutan dan Komunikasi
14,4
15,3
15,0
15,4
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3,8
4,5
4,3
4,2
9
Jasa-jasa
5,6
6,1
6,1
5,7


PDRB
5,9
6,4
6,2
5,1


PDRB Tanpa Migas
6,0
6,5
6,2
5,0
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta








Keterangan: *) semester I









Struktur ekonomi Jakarta yang didominasi konsumsi menunjukkan peranannya sebesar 62,7 persen yakni 55 persen konsumsi rumahtangga dan 7,1 persen konsumsi pemerintah. Sedangkan Investasi yang digambarkan dari nilai PMTB sebesar 38 persen.

Sementara dari sisi lapangan usaha, sektor jasa (tersier) sebagai tulang punggung perekonomian Jakarta, memiliki peranan sebesar 70 persen bila dilihat dari kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mempunyai kontribusi terhadap perekonomian daerah sekitar 20 persen; sektor jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sekitar 31 persen; dan sisanya diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa lainya.

Penyumbang perekonomian Jakarta lainnya adalah sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor industri pengolahan menyumbang sekitar 16 persen sedangkan sektor bangunan sebesar 10 persen.

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

 

 

1 komentar:

Atasi Septiktank Mampet Tanpa Sedot berkata...

senang bisa berkunjung ke bloga anda, infonya sangat mernarik dan bermanfaat
terimakasih, sukses terus

Catat Ulasan